pict from pixabay |
Adakah orang di sekitarmu yang merokok? Orang tua,
sodara, teman, pacar, suami? Perhatikan deh kebiasaan mereka. Hampir 80% dari
responden *ah elah bahasanya responden* yang jadi korban pertanyaan absurd saya
menyetujui bahwa rokok itu merugikan. Rugi dari sisi kesehatan dan rugi dari
sisi ekonomi. Kok?
Beberapa kali saya meledek teman-teman saya yang
merokok tentang kebiasaan merokok mereka. Mereka tahu itu bentuk rasa peduli
dan kasih sayang ke mereka sih jadi ya ga ada yang marah. Yes, its a disclaimer
manatau ada yang ga terima, hahaha. Lain ladang lain belalang bukan? Lain geng
lain pula bentuk perhatiannya #ehgimana.
Back to topic ah!
“Udah tahu bikin penyakit dan merugikan, kenapa masih
ngerokok sih..” Cuma ketawa nyengir.
“Dih, rokok kan bisa bikin impotent..” hm..hm..
angguk-angguk.
“Kebiasaan merokokmu itu bisa bikin anakmu stunting,
tau!” rokoknya dimatikan dan ikutan gabung obrolan.
“Stunting apaan sih, Flo?!”
Hubungan Rokok
dan Stunting pada Anak
Stunting maksudnya adalah masalah gizi kronis yang disebabkan
oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang
tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan
baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut
UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59
bulan, dengan tinggi di bawah minus dua (stunting sedang dan berat) dan minus
tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan
perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan
belajar yang kurang, serta prestasi sekolah kurang.
Beberapa
hari yang lalu, Rabu, 25 Juli 2018 ada sebuah siaran radio online yang
menggelitik saya. Adalah Program Radio Ruang Publik KBR dengan tema Rokok Murah
Sumbang Penyebab Stunting yang disiarkan di radio jaringan KBR.ID. Nah!
Ada
2 narasumber yang diwawancarai dalam siaran ini.
Dr. Bernie Endyarni Medise, SpAKMPH sebagai Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Teguh Dartanto, PhD, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Dr. Bernie Endyarni Medise, SpAKMPH sebagai Ketua Satuan Tugas Remaja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Teguh Dartanto, PhD, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Dari
kedua narasumber di atas saya menangkap beberapa informasi berdasar hasil
penelitian yang mereka lakukan. Ternyata selama tahun 1993 hingga 2014, terjadi
peningkatan pengeluaran anggaran rumah tangga untuk konsumsi rokok sebesar 2%.
Sayangnya prosentase kenaikan itu bukan untuk anggaran makanan sehat yang
berkaitan dengan zat gizi. Tapi lebih kepada konsumsi rokok.
Bahkan
Pusat Kesehatan Jaminan Sosial Universitas Indonesia menemukan bahwa:
Anak
dengan orang tua perokok ternyata mengalami berat 1,5 kg lebih rendah dari
orang tua yang bukan perokok.
Anak
yang dengan orang tua perokok ternyata mengalami tinggi 0,34 cm lebih pendek
dari orang tua yang bukan perokok.
Ini
bukan kata saya lho, ini kata penelitian. Dari sini saya mulai bisa mengambil
benang merahnya. Saya enggak akan menjelaskan betapa bahayanya asap rokok jika
terhirup oleh bayi dan anak-anak. Sudah terlalu banyak yang menjelaskan. Bahkan
peringatan di bungkus rokok juga sudah ada dan sangat jelas. Silakan cari sendiri saja deh berapa banyak
bayi dan anak yang sakit bahkan *maaf* sampai meninggal karena terpapar asap
rokok. Lebih miris lagi jika pelakunya dalah orang tuanya sendiri. Double miris
dan gemas. Bagaimana tidak, sudahlah mereka tidak mendapatkan gizi yang cukup
karena anggarannya lebih sering dipakai untuk merokok, daya serap terhadap gizi
juga berkurang karena terpapar asap rokok.
Petisi Rokok Harus Mahal
Lantas
bagaimana solusinya? Dari beberapa solusi, saya sepakat sekali dengan solusi
#RokokHarusMahal. Mungkin memang tidak bisa membabat habis para orang tua
perokok, tapi setidaknya membuat mereka berpikir ulang untuk membeli rokok. Asumsi
saya jika harga rokok mahal, setidaknya jika mereka memutuskan hendak merokok
mereka punya cukup uang untuk memberikan kecukupan gizi kepada anak-anaknya dan
membawa akses kesehatan jika *amit-amit* anak nya terkena dampak dari rokok
yang dihembuskan orang tuanya.
Apa
yang saya lakukan ini adalah salah satu cara untuk melindungi anak Indonesia
dan upaya untuk mendukung anak Indonesia menjadi lebih sehat dan cerdas.
Nah,
kalau kamu setuju #RokokHarusMahal atau tertarik untuk bergabung dengan gerakan
ini, kamu bisa ikut menandatangani petisi di www.change.org/rokokharusmahal.
Klik
link nya ya!
Comments
Post a Comment