Jam masih menunjukkan pukul 06.30 pagi, namun geliat kehidupan sudah begitu terasa kuat disini. Perputaran uang di tempat ini mungkin tidak sebanyak di pasar-pasar yang lain. Namun, bagi sebagian orang, tempat ini adalah tempat mereka mengais rezeki untuk menyambung hidup hari demi hari.
Menunggu pembeli |
Namanya Pasar Simongan, namun lebih terkenal dengan sebutan sebagai Pasar Beka. Salah satu dari sedikit pasar tradisional di kota Semarang yang belum tersentuh relokasi. Pasar ini kecil saja, tapi jangan salah. Hampir semua kebutuhan rumah tangga ada disini.
Ada penjual sayur.
Melayani pembeli |
Kerupuk dan tahu tempe
Eh, di poto! |
Kangkung juga perlu ditimbang? |
Pakaian.
Pakaian anak, remaja, hingga dewasa |
Buah.
Blewah... |
Jeruuukkk.. |
Jajanan dan gorengan.
Mau sarapan gorengan? |
Bahkan jamu!
Ikut ibu ke pasar |
Silau Meeeennnn..!!! |
Rasanya senang sekali berbelanja di pasar ini. Selain harganya yang murah dan masih bisa ditawar pula, pasar ini menyisakan kearifan lokal yang kian sulit ditemui di masyarakat kota belakangan ini. Kalaupun nanti pasar Beka mengalami relokasi, harapan saya semoga tidak menghilangkan nafas lokal yang terbangun disini. Modernitas tidak lantas identik dengan mengikis habis tradisi bukan?
Note:
Di blog ini akan ada salah satu
kolom yang berjudul Market Exploring.
“Market” dalam arti harfiahnya, alias pasar, hehe. Sebagai emak-emak, pasar tentu bukanlah tempat yang baru buat saya. Eike sekarang gaulnya di pasar meenn... *Kemudian diangkat jadi anak buahnya Kang Komar #TerPremanPensiun :D
Comments
Post a Comment