
Kasihnya
tak pernah terbalaskan, sayangnya tak pernah tergantikan, raga yang tak
pernah lelah menjaga hingga sang buah hati dewasa, senyumnya yang hadir
saat pertama kali melihat dunia, ia lah sang cinta pertama.
Ibu selalu mempunyai tempat tersendiri dihati anak-anaknya, sejahat
apapapun sang anak pasti memiliki perasaan sayang untuk sang ibu. Tak
bisa dipungkiri setiap ibu adalah wanita terhebat, perjuangannya saat
melahirkan sang buah hati bukan pilihan yang dapat dipilih ketika sang
ibu enggan untuk melahirkan. Perjuangan yang tak pernah bisa
terbayarkan dengan nominal apapun, kasihnya yang tak kan pernah bisa
terbalaskan. 9 bulan dalam perutnya, dibawa kemanapun ia melakukan
apapun, tak pernah membuatnya kesal atau jengkel sehingga ingin menaruh
perutnya jika lelah datang. Semua ia lakukan dengan bahagia dan penuh
kasih sayang. Tak lepas dari 9 bulan yang memberatkan, 2 tahun awal
sang buah hati di dunia merupakan saat berjuta-juta kasih sayang
terlimpahkan. Tak kenal waktu, pagi-siang-malam ia menahan lelah dan
kantuknya agar terjaga disetiap sang buah hati merengek-rengek. Meski
kesal dan lelah selalu hadir menyambut sang buah hati dengan senyuman
dan candaannya.
Tuhan memang memberikan setiap anak sang bidadari dunia, bidadari
yang rela mengajarkan anak-anaknya semua hal yang ada di dunia.
Kebaikan yang harus dilakukan dan keburukan yang tak boleh dilakukan,
benda-benda kecil yang ada, mimpi-mimpi kecil hingga mimpi-mimpi besar
yang menjadikan sang anak mulai bermimpi hingga akhirnya ia dapat
berkata “Aku ingin jadi Dokter”. Tak pernah terbayangkan ketika tak ada
bidadari itu di dunia ini, mungkin sang anak butuh waktu yang sangat
lama untuk sekedar mengenal namanya bahkan benda-benda yang ada
disekitarnya. Tak pernah ada rintihan kekesalan kasih sayangnya, ketika
lelahnya karena sang anak begitu nakal hanya helaan nafas dan
nasihat-nasihat yang terus terucap. Oh, Tuhan terimakasih telah berikan
bidadari itu untuk semua anak-anak yang terlahir di dunia ini.
Rengekan yang terus menerus saat sang buah hati masih kecil
dianggapnya sebagai melodi indah yang memberikan kehangatan didalam
rumah, rengekan kecil ketika meminta sesuatu dan harus ada saat itu
menjadikannya motivasi untuk mengumpulkan uang agar permintaan sang
buah hati terkabul. Tak ada yang membuatnya sulit karena sang buah hati
didunia, tetapi menjadi anugerah terindah karena sang buah hati menjadi
penghiburnya.
Semua seakan terlupakan, kasih sayangnya tak berbalas kasih dari
sang buah hati, senyumannya tak berbalas senyuman tulus saat sang ibu
menyambutnya didepan pintu. Kelelahannya hanya berbalaskan kelelahan
sang anak karena urusannya sendiri dengan kemarahan yang terlampiaskan
didepannya. Hilang begitu saja, seakan tak terhiraukan ketika kasih
sayangnya masih ia curahkan yang disalah artikan. Seakan protactive,
tak gaul, ga kenal anak muda jaman sekarang, berbeda dunia semua
menjadi alasan penampik kasih sayangnya. Hanya nasihat dan
peringatannya yang ada saat sang buah hati telah dewasa, kecupan manis
yang biasa diberikan saat sang buah hati masih kecil saja ditampikkan,
begitu juga pelukkan hangat sekadar pelepas rindu.
Kini semua berbalik, disaat ia tua dan meminta waktu sang buah hati
sebentar saja seakan tak ada waktu kosong ditengah agendanya yang
padat. Rengekan kecil ungkap kerinduannya karena tak ingin dihari
tuanya ia merasa sendiri seakan menjadi pengganggu ditengah-tengah
kesibukkannya. Semua seakan lupa mungkin saja ia bisa melakukan hal
yang sama dulu, disaat ia lelah kemudian meninggalkan sang buah hati
begitu saja pergi dengan agenda padat yang menantinya, membiarkan sang
buah hati merengek kelaparan. Semua tak pernah ia lakukan karena kasih
sayangnya yang begitu tulus membuatnya menomor satukan buah hati
dibanding dirinya. Hari tua sudah datang, ia hanya merasakan
kesendirian ketika sang buah hati sudah sibuk dengan dunia barunya
bersama keluarga dan teman-temannya. Ia membayangkan hanya dirawat oleh
seorang perawat yang dibayar mahal oleh sang buah hati, padahal bukan
itu yang ia mau. Ia hanya ingin sang buah hati hadir dihari tuanya,
mengempaskan semua rasa kesendiriannya karena ia tak butuh perawat
professional sekalipun, ia hanya membutuhkan kasih sayang sang buah
hati untuknya disaat hari-hari itu datang.
Inilah cinta pertama, cinta yang hadir saat semua insan manusia
membuka mata pertama kalinya di dunia. Inilah kasih sayang, kasih
sayang yang tak pernah bisa terbalaskan, kasih sayang yang begitu tulus
takkan pernah ternilaikan dan tergantikan dalam hal apapun. Senyuman
cinta, kasih dan sayang yang selalu hadir meski sang buah hati terus
tumbuh dewasa dan senyuman yang terus hadir meski raut wajahnya terus
menampakkan garis-garis kerutan menandakan semakin tua sosoknya. Tak
pernah ada rasa ingin terbayarkan semua kelelahan dan kasih juga
sayangnya selama ini, tetapi hanya ada satu rasa yang selalu membuatnya
khawatir sepanjang hidupnya, saat ia merasakan kesendirian dihari
tuanya, karena rengekan kecilnya disaat sang buah hati dewasa tak
sebanding saat sang buah hati merengek terus hingga ia beranjak dewasa.
Hidupmu sebagai buah hati hanya ingin memberikan yang terbaik untuk
sang ibu, tetapi seakan tak ada maknanya ketika semua kasih dan
sayangnya diacuhkan begitu saja ketika sang buah hati dewasa.
Maka berikan senyum terbaikmu untuk Ibu, cinta pertama semua insan
manusia. Waktu tak kan ada yang tahu, karena surga berada dibawah
telapak kaki ibu.
I do love you Bunda...:*
this article taken from here
Comments
Post a Comment