Je Ma Apelle….


-->
Namaku Florensi Mellia. Kata orang nama ini tuh bule banget,mungkin karena mirip sama nama kota di Italia, Florence. Tapi, menurut Ayah ibuku, nama itu diambil dari bahasa latin, flouresensi. Hua keren banget!! Maklum si bokap kan terobsesi sama yang berbau fisika gitu. Sayangnya, aku malah ilfil banget sama yang judulnya fisika. Hihi, ilfil karena otakku gak nyampe!!
Satu lagi, karena nama ini aku sering disangka Non Islam. Ato paling gak, muallaf lah. Padahal, aku lahir dan besar ditengah keluarga muslim taat lho. Pas SMP dulu, guru agama ku pernah salah sangka. Kan jadi di kelasku itu ada 5 orang yang non Islam. Pertemuan pertama pelajaran agama, beliau mengabsen siswa non Islam, supaya gak salah tunjuk gitu dech. Pak Guru bertanya,” Jadi di kelas ini siapa saja yang yang non muslim?”
Karena aku sekretaris kelas, aku menjawab.” Andre pak, Andrea Hariadi”

Bliau melanjutkan,” Siapa lagi, Maria Liberty?”
Aku menjawab,” Iya pak!”
Selanjutnya,” Florensi Mellia?”
Gubrak!! Itukan namaku. ” Bukan Pak, saya muslim”
Si Pak Guru nyahut,” Owh, kamu to. Makanya orang islam itu pake nama yang islami aja”
Nyengir deh gue.
Kejadian mirip juga kualami pas udah kuliah. Alhamdulilah, sejak kuliah aku mulai serius mempelajari Islam dan berjilbab. Suatu ketika untuk urusan organisasi, aku menghadap pak Wakil Dekan untuk meminta ijin kegiatan. Beliau itu tipe yang kebapakan banget. Ngemong dan suka guyon. Beliau ini juga terkenal lebih respek dan memudahkan kalo yang menghadap itu mahasiswa yang berjilbab. Maklum beliau kan ustad banget. Sebelum menandatangani ijin kegiatan itu, beliau bertanya,” Namamu siapa?”
Aku menjawab,” Florensi pak”
”Florensi?”
”Iya pak”
”Florensi kok pake jilbab rapi gitu. Harusnya nama Florensi itu pake bajunya buka-bukaan, Ini malah jilbabnya rapi, bajunya panjang.”
” Hehe, gitu ya Pak”
” Lha iya. Ganti nama aja ya? Ato ditambahin. Jadi Aminah Florensi. Mau?”
What?? Yang bener aje!!
Keren juga sih, perpaduan nama barat sama nama islami. Boleh juga guyonan ni bapak. Percaya ato gak, sejak itu aku selalu dipanggil Aminah setiap menghadap. Alamak...
Salah satu kelebihan punya nama keren adalah semua bagian dari namaku bisa dijadikan nama panggilan. Di rumah dan teman2 kecil sampe SD memanngilku Lia. Di SMP, mulai ada yang meanggilku Rensi. Berlanjut ke SMA, aku beken dengan nama Flo. Tapi diantara semuanya, aku paling sebel dengan panggilan khas di keluargaku. Jadi, ceritanya gini. Kebiasaan di keluarga besarku, setiap sepupu yang kecil harus hormat dan tunduk patuh pada sepupu yang lebih gede. Kerja paksa, disuruh sana sini, sampai mendapatkan julukan yang memalukan menjadi lambang kebersamaan dan kekompakan kami. Mulai dari Om Tatung yang lebih keren dengan Si Pitung. Mbak Indah dengan Sentrik-nya. Mbak Anggan dipanggil Cepret karena terlalu banyak ngomong, trus suaranya itu lo, membahana banget. Asli bikin kuping gatel jadi tambah gatel. Nah, aku mendapatkan julukan kehormatan Lidut. Alkisah pas masih kecil, aku tuch lucuuu...banget. Gendut bin chubby. Klo jalan idut-idut karena kegedean pantat. Dari situlah muncul julukan itu. Lidut = Lia gendut, klo jalan idut-idut. Hua...!!
Tentang julukan Lidut ini, pas SMP pernah ada kejadian memalukan. Ada sebuah kebiasaan bahwa mengerjakan PR itu selalu di sekolah. Kami juga murid yang sangat pengertian akan kesibukan bapak dan ibu guru. Setiap PR kami selalu sama sekelas. Jadi, beliau tidak perlu mengoreksi semuanya. Cukup sample satu saja sudah cukup, karena dijamin sekelas sama hasilnya. Untuk pelajaran Matematika dan Fisika tentunya. Kebetulan otakku khan rada encer nich di matematika, jadi pagi itu semua teman-teman telah siap menanti kedatanganku. Dengan langkah pede bak peraih piala Citra, aku segera mengeluarkan buku PR untuk dicontek oleh teman-teman. Dari satu orang berpindah ke orang yang lainnya. Hingga...
” Eh, Flo, apa nich?” tanya si Elyk
” Apa?” Jawabku
” Kok ada tulisan, nama saya Lidut” Ha??. Itu pasti kerjaan iseng adekku. Kami kemarin kan berantem. Pasti dia yang ngerjain aku. Awas ya!! Tunggu pembalasanku.
” Wah..dirumah panggilan sayangnya Lidut ya?” tanya Hendra menyambung.
” Lidut, idut idut, idut idut...” Ledek Joko. Whaaaa......
Jadilah seharian itu mereka semua memanggilku Lidut. Lia Idut-idut. Benar-benar menyebalkan.
Belakangan aku menyadari bahwa wujud kasih sayang mereka itu sangat indah. Dengan julukan-julukan itu, aku menyadari betapa aku sangat berarti bagi mereka. Bahwa sebuah persaudaraan itu kadang juga di personifikasikan dengan hal-hal lucu atau kadang-kadang menyebalkan. Yang pasti, kenangan-kenangan manis itu selalu terkenang dalam rekaman dokumentasi memori yang pasti kubawa sepanjang hidup. Kenangan itu akan selalu menjadi cerita-cerita indah yang kata salah seorang teman bisa dijadikan bahan tertawaan bersama anak cucu. Duh.... so sweeeet.....

Comments