sumber dari sini |
Masih ingat kasus mbak Flo dari Jogja yang ngomel-ngomel di pom bensin? Atau yang paling gress adalah kasus dek Sonya yang 'menandai' ibu Polwan sewaktu ditegur karena ugal-ugalan di jalan. Yup, itulah contoh hal-hal yang jamak terjadi di negara kita yang kemudian menjadi viral dan luar biasa dampaknya karena pengaruh sosial media.
Mengapa jamak? Karena memang kejadian perlakuan yang tidak 'adil' di pom bensin pun pernah saya alami. Dan soal 'membawa' nama keluarga, siapa yang pernah nyaris ditilang kemudian lolos karena 'membawa' nama orang penting? Entah itu beneran keluarga, tetangga atau bahkan hanya kenalan. Sudah, ngaku aja.. hehehe :D
Seperti kejadian beberapa waktu yang lalu.
Sebutlah teman saya, A, seorang pengajar di sebuah universitas di Surabaya.
Beliau mengunggah sebuah foto di media sosial disertai caption yang
mempertanyakan layanan suatu instansi pemerintahan. Karena pada jam tersebut
ruangan kosong. Saya memiliki teman lain, sebut saja B, yang kebetulan bekerja
di instansi tersebut. Saya sampaikan bahwa si A bermaksud mengurus sesuatu dan
dia menunggu karena ruangan pelayanan kosong, beserta screen capture dari media
sosial A. Si B menjawab mereka sedang ada sosialisasi di atas dan A disarankan
menunggu di resepsionis. A menyampaikan persetujuan dan kemudian menunggu
dengan tenang. Semua terlihat wajar dan baik-baik saja.
Sampai kemudian A dilayani oleh pejabat yang
berwenang setelah sebelumnya dimarahi dengan cukup keras karena menyebarkan
berita tsb ke media sosial. A kaget tentu saja, karena menurut A apa yang
ditulisnya bukanlah hal yang mengandung tuduhan. Persepsi kedua belah pihak
berbeda. Usut punya usut ternyata B menyampaikan foto capture itu kepada seniornya
dengan tujuan sang senior akan menghubungi pihak yang bertugas dan entah
bagaimana senior tersebut menyampaikan kepada atasannya. Yang pasti pejabat
tersebut khawatir apabila status tersebut terbaca oleh pihak pengawas dari
instansi yang bersangkutan.
Duh, saya kaget. Sebesar itu kah efek dari sebuah viral?
Pelajaran ini berharga sekali buat semua. Bagi saya
pribadi, ternyata niat baik saya untuk membantu tidak selamanya bisa berdampak
baik. Kadang dengan cara penyampaian yang kurang tepat malah menimbulkan
persepsi yang sama sekali berbeda. Saya harus lebih berhati-hati jika ingin berbagi sesuatu. Saring dulu sebelum dishare. Apabila dulu saya mengenal pepatah mulutmu harimaumu,
rasanya hari ini saya belajar tentang pepatah baru, jempolmu aumanmu.
Comments
Post a Comment