Penulis Skenario : Jenny Jusuf
Produser : Angga Dwimas
Sasongko, Handoko
Hendroyono, Rio Dewanto
Pemain : Atiqah Hasiholan, Alex Abbad, Lydia Kandou, Sinyo
Film bergenre drama keluarga
ini menceritakan tentang kehidupan seorang ibu tunggal bernama Amalia. Ia bekerja
sebagai salah satu CEO di sebuah perusahaan periklanan di Jakarta. Lia memiliki
seorang anak lelaki bernama Aqil, berusia 8 tahun yang sering bermasalah dengan
pelajaran sekolahnya. Bersama Aqil, Lia tinggal juga dengan orang tuanya. Sang nenek
sangat sayang pada Aqil. Namun sang kakek keberatan dengan kondisi Aqil yang
disebutnya sebagai anak yang penyakitan.
Pada adegan-adegan awal
ditunjukkan Aqil lebih tertarik pada pelajaran menggambar daripada pelajaran lainnya.
Aqil juga kesulitan mempersepsikan beberapa huruf dan angka yang memiliki kemiripan
bentuk. Beberapa kali wali kelas menyampaikan ketertinggalan pelajaran Aqil
kepada ibunya. Aqil pun sering mendapatkan ejekan dari teman-temannya karena
keadaannya. Amalia yang notabene seorang yang sangat perfeksionis tentu tidak
dapat menerima begitu saja.
Amalia mendatangi beberapa
psikolog untuk mengkonsultasikan keadaan Aqil. Hasil assesment menunjukkan
bahwa Aqil adalah anak yang berkebutuhan khusus. Diagnosis tepatnya Aqil
memiliki disleksia dan autis ringan. Amalia menolak. Baginya, Aqil hanya sakit
dan pasti bisa disembuhkan. Berbekal keyakinan itulah akhirnya Amalia dan Aqil
melakukan perjalanan panjang sampai ke pedalaman Jawa Tengah untuk mencari
pengobatan alternatif untuk Aqil. Akankah Amalia bisa membuktikan keyakinannya?
Akankah Aqil bisa disembuhkan? Silakan nonton di bioskop ya :)
Film ini diangkat dari buku
dengan judul yang sama yang ditulis oleh Amalia Pertiwi. Awalnya saya sulit
untuk tidak membandingan film ini dengan film dengan tema sejenis yang
diproduksi oleh Bollywood, Taare Zameen Par. Namun belakangan saya menyadari
bahwa fokus film ini bukanlah pada perasaan dan kondisi psikologis si anak. Fokus
dari film ini adalah ibunya. Bagaimana pergolakan batin dan psikologis seorang
ibu yang dipaksa menerima sebuah kenyataan bahwa anaknya berbeda. Atiqah Hasiholan
begitu baik memerankan seorang ibu tunggal yang juga ibu bekerja harus membagi
waktunya antara deadline pekerjaan dan kondisi anaknya yang berkebutuhan
khusus. Latar belakang keluarga yang menuntutnya selalu menjadi yang terbaik
pun menjadikannya memberikan target tinggi untuk prestasi anaknya. Sounds familiar,
right?
Pun chemistry antara Atiqah dan Lidya Kandau yang berperan sebagai ibu Amalia juga terjalin apik. Tanpa perlu banyak dialog yang panjang-panjang, terasa sekali kedekatan mereka sebagai ibu dan anak. Perselisihan dan pertengkaran antara Amalia dan ayahnya juga terasa pas. Penggunaan kata ‘saya’ dalam percakapan keseharian mereka juga menunjukkan bahwa hubungan mereka tidak begitu dekat.
Hal yang saya nantikan di film
ini adalah bagaimana hubungan Aqil dan ayahnya yang sayangnya hingga film
berakhir tidak diceritakan bagaimana koneksi tersebut. Kemudian kemampuan
akting Sinyo, sebagai pemeran Aqil belum terlihat menonjol. Mungkin karena film
ini adalah debut pertamanya. Karakter kurang pas ditunjukkan pula oleh tokoh
Aga (diperankan oleh Alex Abbad) sebagai partner kerja Amalia. Entah kenapa,
saya merasa peran Aga di film ini tidak terlalu penting tapi memakan porsi yang
cukup besar. Hal yang cukup menganggu berikutnya adalah dua orang penarik
perahu di pedalaman Jawa Tengah yang memberikan porsi kelucuan yang terkesan
hanya tempelan semata. Dan gong yang paling ajaib bagi saya adalah kemunculan
pesan bahwa setiap anak terlahir sempurna yang disampaikan oleh seorang
herbalis yang diperankan oleh Didik Nini Thowok yang begitu terasa dipaksakan.
Terlepas dari segala
kekurangannya, film ini layak untuk ditonton oleh seluruh anggota keluarga. Film
ini memberi gambaran tentang gejala umum disleksia. Film ini
mengajarkan kita bahwa semua yang diciptakan Tuhan tidak ada yang sia-sia. Bahwa
setiap anak terlahir sempurna, apapun keadaannya.
Untuk saya pribadi, setelah
menonton film ini kemudian saya tertarik pada bukunya. Ide yang baik untuk
mengikuti lebih lanjut tentang kisah Aqil dan Amalia dalam Wonderful Life-nya
mereka :)
Sebagai tambahan ini dia official trailer dari film Wonderful Life.
Selamat menonton ya!
saya sudah nonton lho, kamu kapan? |
Tajam dan krtis mba flo review nya :) seneng yaa bisa nobar bareng :)
ReplyDeletePisau kali ah mbak, tajam :p
DeleteIyaa.. Semoga kapan-kapan bisa nobar lagi yaa.. ^^
Recommended ya film ini utk tau lebih jauh gambaran ttg disleksia.
ReplyDeleteSetuju banget Flo, kalo film ini layak jadi tontonan keluarga. Agar makin banyak orang yang tahu pentingnya mendengar keinginan anak.
ReplyDelete